LBM Menulis: Titik Tengah by Cindy Febilia Valentin (Cerpen)

tumblr_l9eaqh424t1qbplkbo1_500

Titik Tengah

“Fase demi fase telah aku lalui. Entah mengapa, aku sangat suka dengan hal yang baru tapi tak suka ketika meninggalkan hal yang  lama. Bagaimana pun aku selalu ingin mendapatkan yang baru tanpa meninggalkan yang lama. Meskipun aku tidak dapat melakukan itu di setiap kejadian. Karena ada dimana kita harus meninggalkan yang lama untuk mendapatkan yang baru. Setiap langkah dalam keseharianku setiap detik, menit, dan jam yang kulalui belum pernah rasanya aku memaksimalkannya, memanfaatkannya, mengoptimalkannya dengan sesuatu yang baik dan dapat membanggakan. Padahal kesempatan hanya datang ketika seseorang sudah siap untuk mendapatkan kesempatan tersebut.

Seperti bukan hitam dan juga putih. Aku selalu berada di titik tengah dan tak memiliki kecenderungan. Aku fikir sesuatu yang memiliki kecenderungan itu membuatnya memiliki ciri khas dan prestasi tersendiri. Aku selalu ingin memiliki kecenderungan. Aku ingin mempunyai ciri khas. Aku ingin mempunyai prestasi yang tentunya akan membanggakan semua orang khususnya orang-orang yang ada di sekelilingku. Tapi tetap saja hanya sebatas inginku dan `tak pernah’ tercapai, mmm belum tercapai tepatnya.  Aku fikir titik tengah itu bukanlah tujuan tapi hanya sebuah tempat yang sangat sementara dan sesegera mungkin kita harus terus berpindah ke suatu arah.”

“Aku menoleh ke jendela dengan mata tersipit-sipit karena pagi ini adalah pagi yang cerah. Segera aku meranjak dan bersiap-siap menjalankan rutinitas. Keseharian yang biasa saja, kusebut itu abu-abu. Selalu ku berharap hariku lebih berwarna lebih dinamis. Rutinitas pun dimulai ketika harus pergi ke sekolah belajar istirahat belajar lagi pulang dan kembali ke tempat yang memuakkan, rumah. Aku muak dengan suasana rumah yang tidak harmonis. Suasana itu pun sangat berpengaruh ketika saat pembelajaran di sekolah. Melewati setiap pelajaran yang begitu saja terlewati tanpa kesan tanpa pesan. Matahari terus memancarkan sinarnya hingga panasnya terasa membakar. Namun hari harus terus berjalan, entah panas membakar ataupun dingin yang menerpa. Sama halnya dengan kehidupan yang meskipun kita tercekam oleh betapa sukarnya menyelesaikan suatu masalah kita harus tetap menyelesaikan dan terus berjalan melanjutkan hidup.”

Setiap hari aku bersekolah dengan semangat dan keceriaan. Tampak dari luar hidupku bak baik saja. Mengikuti pelajaran dengan normal, berteman dengan baik, menjalankan semuanya dengan normal dan seperti tak ada satu masalah pun. Banyak teman yang kuperoleh sangat menjadikan aku lebih berharga dari sebelumnya. Yaah kehidupanku saat sewaktu dewasa memang tidak dipengaruhi oleh kejadian pahit semasa kecil. Aku sudah merelakannya, lebih tepatnya hanya bisa pasrah dengan keadaan. Fase remaja mulai berakhir. Aku seorang anak SMA yang biasa-biasa saja hanya bisa menghabiskan fase remaja dengan biasa-biasa juga. Hingga akhirnya aku menapaki suatu fase dimana akan berakhirnya fase remaja itu dan memasuki fase dewasa awal.

Hiruk pikuk persiapan para siswa-siswi SMA untuk menghadapi UN(Ujian Nasiona) dan SNMPTN(Seleksi Nasonal Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pun semakin terasa. Orang-orang sibuk dengan belajar, belajar, dan belajar. Baik dengan belajar kelompok, privat, ataupun daftar ke tempat les yang ternama demi kesuksesan Final Examination ini. Ingin aku seperti mereka yang bisa mengoptimalkan usaha agar suksesnya Ujian Nasional dan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Tapi karena keterbatasan dari segi finansial au hanya bisa belajar kelompok dan meminta bantuan yang dengan suka rela memberikan les privat untukku dan beberapa teman lainnya.

Selalu aku ingat apa kata papahku, “Ujian terakhir di SMA ini adalah final, ini adalah penentuan kelak kau mau jadi apa”.

Sadar aku adalah keturunan orang yang biasa-biasa saja membuat terpompa semangatnya untuk memberikan yang tebaik bagi keluarga dan orang-orang disekelilingku. Sampai akhirnya hari itu pun tiba, dimana seluruh siswa-siswi tingkat SMA mengerahkan semua usaha yang telah dilakukan selama ini. Semua perjuangan, pengorbanan untuk hari itu semakin terasa dengan bertambahnya ketegangan di setiap orang.

……………………………………………………………………………………………………………………

Pengumuman hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional memang cukup lama dan membuat para pejuangnya tidak bisa tidur dengan tenang memikirkan bagaimana hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sampai hari yang dinanti pun tiba. Hasil “Seleksi Naosional Masuk Perguruan Tinggi” bisa dilihat via internet.

Dan akhirnya seorang siswi SMA yg biasa-biasa saja itu tembus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Belum cukup sampai disitu. Tembus SNMPTN bukan akhir yang indah karena sekaranglah saatnya mencari rupiah yang banyak unruk registrasi, pendidikan tidak gratis.

Dan waktu pun terus berjalan… sampai akhirnya batas pembayaran pun hampir berakhir. Aku bingung apa aku harus mengundurkan diri saja melihat keadaan ayahku yang sekarang bisnisnya sedang gulung tikar, tapi di sisi lain aku pun bingung jadi apa aku kelak bila aku tidak mengambil kesempatan berkuliah ini. Pasrah kepada Allah yang hanya aku bisa perbuat, ketika sanak saudara yang acuh terhadap keadaanku. Tetapi ayahku tidak pernah patah semangat, selalu optimis, dan selalu berusaha.

Pada akhirnya teman ayahku memperkenalkan ayah ke salah satu orang penting di Universitas Pendidikan Indonesia, yang memberitahukan dengan adanya program penangguhan yang cukup meringankan beban dengan cara membayar dengan cara dicicil. Puji dan syukur aku dan ayahku panjatkan. Namun tidak hanya sampai disitu aku bisa bernafas dengan lega karena tetap saja biaya yang cukup besar itu harus dibayar, tak tega pada ayahku, kataku. Hingga akhirnya ada kabar bahwa Menteri Pendidikan menambah kuota beasiswa Bidik Misi, hingga akhirnya aku didaftarkan dan lolos untuk menjadi penerima beasiswa Bidik Misi.

Sekarang aku bisa bernafas dengan lega karena aku tidak usah lagi merepotkan ayahku 🙂

Sekarang anak yang biasa-biasa itu sedang beralih dari titik tengah dan menuju suatu arah, arah yang positif bercahaya, sehingga ia bisa bersinar, memancarkan kilaunya 🙂

Leave a comment